Sabtu, 08 Januari 2011

Saat Timnas Kami Dipolitisasi

Melajunya Timnas Indonesia ke puncak perhelatan sepak bola di regional ASEAN menjadi obat mujarab untuk mengobati perihnya duka negeri ini terhadap berbagai bencana yang terjadi mulai dari bencana alam sampai dengan bencana kemanusiaan. Ekspektasi yang luar biasa terhadap Timnas Indonesia merupakan hal yang wajar mengingat keringnya prestasi timnas sepuluh tahun terakhir ini namun tampilnya timnas di final Piala AFF menimbulkan fenomena tersendiri. Semakin meroketnya penampilan timnas begitu pula cobaan yang harus dihadapi sebelas lelaki kebanggaan rakyat ini. Ketika logo garuda yang merupakan ciri khas jersey timnas Indonesia ini digugat oleh seorang pengacara bernama David ML Tobing. Agak menggelitik memang karena penggunaan logo garuda itu sudah ada sejak tahun 1956 namun gugatan diajukan saat timnas Indonesia telah melaju sampai semifinal AFF Cup 2010. Mencari popularitas mungkin, mengingat hal apapun yang berhubungan dengan timnas saat ini sangat lahir manis untuk diperbincangkan sejalan dengan prestasi timnas.
hmm ... tapi ya sudahlah, toh hal tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap permainan Timnas Indonesia. Timnas kita berhasil menuntaskan targetnya untuk menempatkan satu tempat di babak final, hal yang telah kali keempat dirasakan Timnas Indonesia. 
Tetapi bagaimana halnya jika timnas kebanggaan rakyat Indonesia ini dijadikan kendaraan politik oleh elite politik di negeri ini demi pencitraan dimuka publik demi melancarkan segala keinginannya ? hal yang menggelikan memang melihat upaya mereka untuk membangun citra publik melalui salah satu olahraga favorit di negeri ini. Banyak agenda yang mereka rencanakan untuk seolah menggambarkan kebaikan hati mereka terhadap Timnas Indonesia. Bermula dari mengunjungi salah satu tokoh politik yang memiliki track record sangat buruk dalam kehidupan Indonesia dalam segala aspek. Patut dipertanyakan kenapa harus dengan AB timnas kami dibawa ? sementara orang nomer satu di negeri ini harus mendatangi lapangan untuk memberikan support untuk timnas ? terdapat hubungan apakah antara ketua organisasi sepak bola tertinggi di negeri ini dengan salah satu konglomerat itu ? ohh .. mungkin hanya perasaan saya yang tak beralasan saja untuk menebak-nebak apa yang terjadi antar keduanya.
Agenda selanjutnya adalah berdoa bersama. Baik memang, sangat sangat baik tetapi haruskah seperti itu ? Saya yakin kalau Tuhan dalam hal ini Allah tidak memihak dalam sepak bola kalaupun iya pasti dia menginginkan yang terbaik untuk semuanya termasuk negeri ini beserta masyarakatnya. Saya percaa Tuhan saya telah menetapkan apa yang terbaik tanpa intervensi dari siapapun selain berdoa, berusaha dengan hati yang bersih serta niat yang lurus.
Akibat agenda plesiran tersebut jadwal latihan serta persiapan untuk partai yang sangat berat yaitu final jadi terbengkalai. Akibatnya timnas gagal (lagi) merebut kebanggaanya yang telah lama hilang. Suporter Indonesia kecawa namun mereka dewasa untuk menerima segalanya. 
Beribu-ribu alasan didengung-dengungkan oleh petinggi organisasi sepak bola legal di negeri ini. termasuk menyalahkan atau lebih tepatnya lagi memfitnah timnas lawan. Hal tersebut tidak lain untuk menutupi betapa bodohnya perilaku mereka. Perilaku pecundang yang selalu haus akan kekuasaan. Akibatnya timnas kami kehilangan konsentrasi, kelelahan, dan apapun namanya itu yang membuat permainannya tidak menunjukan sebuah kwalitas. Belum lagi saat apa yang direncanakan pelatih dalam strategi permainan diacak-acak sesuka hati kalian dan dengan kehendak kalian untuk masuk-keluar ruang ganti pemain yang merupakan tempat otoritas dari pelatih yang juga akan mengganggu apa yang sudah dipertimbangkan.
Sungguh, perilaku kalian sangat memalukan bapak yang terhormat .....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar